Home > Artikel > Budaya > Kenapa Jepang Memiliki Budaya Malu Yang Sangat Tinggi?

Kenapa Jepang Memiliki Budaya Malu Yang Sangat Tinggi?

perkumpulan miko di kuil jepang

Last updated on April 20th, 2023 at 09:20 pm

Budaya malu di negara Jepang adalah bagian dari turunan budaya Samurai yang bernama Bushido dari zaman Edo (1600-1867) yang juga disebut sebagai Baigan Ishido. Ajaran ini diserap oleh Jepang yang berasal dari filsafat kuno Konfusianisme dari Tiongkok yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu.

Hal yang dapat membuat malu warga Jepang adalah melanggar norma, bermalas-malasan, tidak disiplin, berbuat tidak jujur, dan gagal mencapai tujuan. Jika masih penasaran, baca penjelasan lengkap di bawah ini ya Indsei!

Asal Budaya Malu Jepang

Budaya malu sudah muncul dari ratusan tahun lalu yang diambil tidak hanya dari sejarah Jepang saja, tetapi ada beberapa hal lain seperti filsafat yang juga dapat masuk kedalam budaya malu ini. 

pajangan katana jepang

Tsunemoto Yamamoto menulis buku tentang Hagakure yang berisi tentang semangat, etika, dan citra ideal seorang samurai. Jurnal Eiko Ikigami juga menjelaskan bahwa dalam budaya Samurai terdiri dari Na (nama), Meiyo (kehormatan), Haji (malu), Chijyoku (malu), Iji (bangga), dan Mengoku (wajah) sebagai integritas terhadap martabat dan prinsip hidup warga negara Jepang.

Jadi budaya malu ini sudah mulai muncul dari masa Samurai atau Bushi dan turun ke masa sekarang.

Akibat Dari Budaya Malu di Jepang

Dampak positif dan negatif yang ditimbulkan dari budaya malu di Jepang memiliki efek yang besar di kehidupan sosial. 

shibuya crossing di jepang

Dalam segi positif, budaya malu ini menghasilkan warga negara Jepang menjadi orang yang perfeksionis dalam melakukan sesuatu yang mereka kerjakan. Masyarakat Jepang pun menjadi lebih berdedikasi, disiplin, dan bertanggung jawab agar dapat terhindar dari perbuatan yang dapat membuat mereka malu.

Sebagai contoh, mereka menjaga semua tempat sampah agar tetap tertata rapi, melakukan pekerjaan tanpa kesalahan, dan menjaga kebersihan ruangan kelas saat pulang sekolah.

Dalam segi negatif, budaya malu ini membuat warga negara Jepang menjadi lebih mudah melakukan hal ekstrim seperti tradisi Harakiri untuk menyelamatkan kehormatan keluarganya dari rasa malu.

Contoh sisi negatif ini seperti mengundurkan diri dari jabatan jika mereka gagal menjalani tanggung jawabnya, melakukan bunuh diri atau Harakiri jika merasa stres atau rasa malu sudah sangat menumpuk, dan berani melakukan apa saja untuk menebus rasa malunya jika melakukan kesalahan.

Hal-Hal apa saja yang membuat malu masyarakat Jepang

Masyarakat Jepang yang telah hidup dengan budaya malu menjadikan beberapa hal kegiatan seperti bersosial dan bekerja menjadi hal yang harus berhati-hati. Hal tersebut antara lain adalah : 

  1. Melanggar norma: Norma-norma di Jepang sangat beragam dari adat hingga norma sosial, dan semua itu tidak boleh dilanggar karena dapat membuat malu dirinya sendiri. Contoh, tidak boleh berisik saat berada di kereta.
  2. Bermalas-malasan: Warga Jepang tidak suka melihat warganya sendiri bermalas-malasan dan harus melakukan kegiatan apapun agar tidak hanya diam. Contoh, bekerja keras dan produktif saat menjalani pekerjaan.
  3. Tidak disiplin: Pembelajaran tentang kedisiplinan telah dilakukan sejak dini dan seharusnya membuat mereka malu jika tidak disiplin. Contoh, datang terlambat atau tidak taat pada peraturan kerja.
  4. Tidak jujur: Bohong sangatlah beresiko karena dapat menimbulkan rasa malu yang sangat tinggi jika ketahuan oleh orang lain. Contoh, korupsi terhadap negara atau mencuri di tempat manapun.
  5. Kegagalan: Berusaha dengan sangat kuat hingga melampaui batas adalah cara orang Jepang dalam meraih kesuksesan yang mereka inginkan. Hal ini yang membuat merasa sedih serta malu jika mereka gagal. Contoh, tim sepak bola Jepang kalah dalam piala dunia.

Jadi, budaya malu ini sudah terbentuk sejak ratusan tahun lalu dan menimbulkan efek positif maupun negatif terhadap warganya.

Sebagai orang luar yang memiliki niat untuk liburan, bekerja, maupun menetap harus bisa menghargai budaya yang disana. Kita harus belajar untuk disiplin saat antri, membuang sampah pada tempatnya, menjaga privasi, dan banyak hal lainnya.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top